beau jeune homme
Thursday, February 15, 2007
a move - not a farewell
Dear All Readers,
And by now, i let you know that i move to
I am looking forward to meet you on my new site.
Thanks for the time we're connected through this blog and hopefully it will be better relationship through the new one.
Frilo Fitrasali Hutagalung
Labels: Farewell
Tuesday, February 06, 2007
Super Beta
Monday, February 05, 2007
Pesan Ketika Banjir
Hari itu Jum’at, 02 Februari 2007, perjalanan dari tebet barat dalam ke cikini raya hampir ngga ada gangguan. Paling banter tuh genangan air setinggi 20-an sentimeter di jalan tebet barat dalam raya. Itu pun ‘hanya’ sepanjang 20-an meter. Saya sebut ‘hanya’ demi menghormati penghuni Jakarta yang mengalami derita yang jauh lebih parah. Bisa dibilang apa yang saya derita memang ngga seberapa.
Baru keluar kamar setelah hujan reda, jadinya kesiangan berangkat kerja. Ini pertama kalinya buat saya merasakan banjir di kota ini. Jadi ngga gitu tau situasinya bakal seperti apa. Semua yang saya lihat di perjalanan adem-ayem aja sampai datangnya panggilan dari upline saya, sebut saja Johan. Ringkasannya :
‘frilo, kamu lagi dimana ?’
‘lagi di jalan mas, naik metromini’
‘di jalan banjir ga ? aku masih di rumah nih’
‘sekarang baru nyampe saharjo dan ngga banjir kok mas’
‘oh ya udah deh, ntar bilangin yang lain ya kalo aku mungkin agak siangan nyampe kantor soalnya di sini udah rada tinggi banjirnya’
‘oh iya mas ntar disampein’
FYI, Johan tinggal di daerah depok, pelanggan setia banjir. Bret, sampailah di kantor ‘tercinta’. Meuni sepi kieu euy. Dari seratusan orang, yang datang jam tujuh hanya empat orang dan baru hampir setengah penuh jam delapan-an.
Selang dua jam, bos besar (sebut saja Rukito) terima panggilan kalo tanggul dekat rumahnya baru aja jebol, dan praktis (kemungkinan besar, red) rumahnya bakal kedatangan air tak diundang.
‘duh, saya harus pulang nih, ntar kalo ada butuh apa-apa langsung telepon aja’
‘oh iya pak, hati-hati pak..’
Wah, kasian si bos. Baru nyampe kantor dah harus pulang lagi. Banjir yang ini sepertinya ngga main-main. Buktinya sebelum jum’atan Johan kirim pesan :
‘Frilo ak kayaknya gak bisa nerusin ke kantor krn terjebak banjir dan macet’
Good luck deh buat yang lagi menderita karena banjir.
Sorenya saya berangkat ke Bandung pake kereta. Sungguh sial ya nasib, kereta mandek. Kereta saya harusnya berangkat jam setengah lima sore, baru datang jam sembilan malam. Kirain saat itu juga bakal langsung berangkat ke Bandung. Ternyata harus nunggu lagi sejam baru bisa cabut dari gambir. Dan itupun harus berhenti lagi di stasiun manggarai.
Alhamdulillah ada pesan dari wanita-humble. Been too long not using cell phone to call rather than to send messages, jadi saya panggillah wanita-humble. Ternyata 'waktu' cepat sekali berlalu di simcard gsm. Argh.
Sepertinya lebih baik tidur. Dan tebak jam berapa saya tiba di Bandung? Yap, jam tujuh pagi. Berarti butuh seharian penuh dari stasiun gambir ke stasiun bandung.
Hari Minggu dan saya kembali ke Jakarta. Ada berita kalo underpass UKI udah kayak danau. Berhubung ngga lewat situ jadi tetap masih bisa nyaman ke Jakarta. Turun di dekat Gelael MT Haryono, dilanjutkan berjalan kaki sejauh satu-an km sampai pintu kost.
Alhamdulillah, so relieved.
‘Mengapa ibukota ini selalu seperti ini ?’ mungkin adalah pertanyaan yang diajukan orang-orang yang non-penghuni kota ini. Penghuni kota ini sendiri sepertinya sudah terbiasa untuk menghadapi ini tiap musim penghujan. Sudah terbiasa dengan cara penanggulangan mereka masing-masing.
Tapi mengapa sang pria militer itu sangat bersemangat dengan proyek busway-nya ? Berpikir kreatif demi kenaikan tarif busway-nya ? Bagaimana dengan proyek penanggulangan banjir yang juga diusungnya?
Tidakkah dia tahu anekdot ini ‘man can only do one thing at one time’ ?
Sepertinya dia tidak suka membaca.
Regards,
frilo fitrasali hutagalung